twitter
rss



Sore hari yang mendung senada dengan suasana hatinya,
Dia termenung di salah satu sudut ruangan yang gelap da ditemani suara petir yang menggelegar
Gadis itu merasa lelah
Bukan lelah karena telah bekerja keras membanting tulang,

Dia hanyalah seorang “gadis kecil” polos yang belum banyak merasakan kerasnya kehidupan nyata diluar sana
Dia tidak bekerja, setelah sekolahnya tlah usai, dia masih belum mendapatkan pekerjaan. Kehidupannya hanya masih berkutat seputar rumah
Tapi gadis kecil itu memang sungguh merasakan lelah yang amat sangat, bukan lelah fisiknya, tapi lelah raganya, hati, dan batinnya….

Matanya sembab
Dia telah melakukan ritual yang biasa dia kerjakan untuk meringankan bebannya
Menangis adalah hal yang biasa dia lakukan ketika dia merasa sangat lelah
Menangis bagaikan seorang anak kecil disudut ruanagan yang tak seorangpun akan mengetahuinya

Gadis kecil itu bukalah remaja lagi, apalagi anak-anak
Ya, gadis kecil ini adalah seorang wanita dewasa
Lalu kenapa dia berfikir dia hanyalah seorang anak kecil?
Iya, dia masih menganggap dirinya hanyalah anak kecil, dengan segala sifatnya yang masih ingin di manja dan butuh kasih sayang
Walaupun mungkin orang lain memandangnya sosok yang tegar, tapi dia sendiri memandang dirinya sebagai anak-anak

Hatinya tak sekuat baja, badannya pun tak sekokoh tiang penyangga
Iya dia bukan tiyang penyangga, justru dia butuh penyangga, butuh penopang, tapi dia tak pernah memilikinya
Hatinya harus sekuat besi, dirinya harus sekokoh tiyang, walaupun sebenarnya dia rapuh


Masalah adalah salah satu teman akrabnya
Dia terbiasa berteman dengan masalah-masalah yang membuatnya “besar”
Setidaknya begitulah orang terdekatnya memandangnya

Diluar masalah-masalah yang menjadikannya besar
Namun dia masih belum bisa berteman dengan masalah-masaah kecilnya
Masalah-masalah kecil inilah yang seringkali mengganggu dirinya
Disaat dia serasa terbiasa dengan masalah lain yang lebih berat, namun dia masih saja berkutat dengan masalah kecilnya ini yang bisa membuatnya merasa lemah dan kecil

Masalah kecilnya itu adalah rasa lelah
Rasa lelah yang biasanya tak dia hiraukan kini sangat terasa
Disaat dirinya melihat kehidupan sekitarnya dan kehidupannya
Saat dia mulai melihat kenyataan semu di sekelilingnya, saat itulah dirinya merasa lelah
Harus melalui cobaan dan masalah sedini itu
Sedangkan dirinya masih ingin dimanja, disayang, dan dibimbing
Tapi keadaan menuntut dirinya untuk menjadi pribadi yang besar, kuat, dan kokoh

Saat rasa lelah yang tlah lama dia sembunyikan itu muncul, dia hanya bisa merenung dan menangis
Mungkin menangis tak akan merubah keadaan
Tapi setidaknya, dalam tangisan nya itulah dia dapat berbagi
Berbagi dengan air mata tentang apa yang dia rasakan dan dihadapinya
Sesaat setelah dia usai menangis, dia akan tertidur
Dan saat inilah dia bisa melupakan sejenak apa yang dia rasakan

Menangis adalah caranya meluapkan emosi yang tertahan
Menangis adalah caranya untuk berbagi
Tak ada penyangga, taka da penopang
Dia harus bisa berdiri diatas kaki sendiri



Anak Bontot

Temen-temen tau kan apa itu anak bontot? Kalua kalaian orang Jawa pasti tau donk ya apa itu anak bontot? Selain anak bontot, dalam masyarakat Jawa juga terapat beberpa istilah terkait urutan kelahiran seorang anak, diantaranya: anak mbarep, anak sulung, anak tengah, anak bontot, anak ragil, dan anak bungsu.
Lalu apa itu anak bontot? Kenapa admin memberi judul tulisan ini “Anak Bontot”? (Sesukanya admin donk mau nulis judul apaan, kan ini tulisan admin sendiri, :D hixixixi ). Berhubung admin adalah anak terakhir di dalam keluarga, maka dari itu admin beri judul tulisan ini “Anak Bontot”. Hehehe….
Teman-teman ada yang tau apa itu anak bontot?? Yaa tepat sekali….. anak bontot adalah anak terakhir di dalam keluarga. Dalam keluarga Jawa biasanya menyebutkan anak yang lahir pertama dengan sebutan “anak mbarep” atau “si sulung”, sedangkan atribut “anak bontot”, “anak ragil” dan “anak bungsu” biasa digunakan untuk menyebutkan anak terakhir atau anak yang paling muda di dalam keluarga.
Anak adalah anugrah dan rezeki yang diberikan Tuhan dan dititipkan kepada kedua orangtua, termasuk kita sebagai anak. Jumlah anak yang dimiliki oleh sepasang suami isteri berbeda-beda, ada orangtua yang hanya dikarunia satu anak saja (anak tunggal), ada yang dikarunia dua anak, tiga anak, bahkan lebih.
Walaupun sama-sama mempunyai status sebagai anak, secara tidak disadari di dalam masyarakat mempunyai pandangan tersendiri terhadap anak. Mitos-mitos terhadap status anak dalam keluarga, misalnya, si sulung biasanya merupakan anak yang mandiri dan sebagai pundak orang tua. Si sulung, atau anak pertama biasanya merupakan pribadi yang mandiri dan dewasa, karena anak sulung inilah yang dianggap menjadi tumpuan keluarga, ditambah lagi jika si sulung ini berjenis kelamin laki-laki, maka orangtua biasanya akan bangga dan menaruh banyak harapan kepadanya.
Berbeda dengan si bontot, anak bontot biasanya dianggap sebagai “anak emas”, biasanya anak bontot senantiasa dimanja dan mendapat perhatian dan kasih sayang penuh dari orang tuanya karena dianggap bahwa si bontot ini merupakan orang yang paling kecil di dalam keluarga.
Namun apakah benar demikian????
Apakah semua anak sulung ‘sadar’ akan beban di pundaknya dengan membawa harapan besar oangtuanya dan si bontot selalu menjadi pusat perhatian keluarga dan menjadi anak emas di dalam keluarga?? Saya rasa tidak semuanya seperti itu. Walaupun kebanyakan orang akan menganggap bahwa anak bontot itu manja, tidak bisa mandiri, dan selalu disayang, namun tidak selamanya demikian. Admin sendiri yang mempunyai status anak bontot tidak merasakan demikian. Urutan kelahiran anak tidak bisa menjamin dan tidak bisa dijadikan ukuran “kedewasaan” dari seorang anak. Anak bontot yang biasanya dianggap anak manja belum tentu dia manja, bisa jadi justru dia adalah anak yang paling dewasa didalam keluarganya. Ukuran kedewasaan seseorang berbeda-beda tergantung dari cara pandang dan pola pikir dari tiap-tiap individu. Wawasan, pengalaman, dan keadaan lingkungan sekitar juga merupakan faktor yang banyak mempengaruhi kedewasaan seseorang.
Jangan menganggap bahwa semua anak bontot adalah pribadi yang manja dan tidak dewasa. Kalian yang mempunyai anggapan demikian apakah pernah berfikir bagaimana rasanya posisi sebagai anak bontot ini jika saja kedua orangtua yang seharusnya memberikan kasih sayang penuh dengan putri kecilnya itu, namun kenyataannya dikarenakan faktor usia, orangtua semakin tua dan tidak lagi bisa memberikan kasih saying dan perhatiannya kepada si putri kecilnya tersebut?
Biasanya orangtua mempunyai anak pertama tidak jauh dari usia pernikahan mereka, sehingga orangtua akan mempunyai anak pertama di usia yang masih relative muda, sehingga mereka bisa berkonsentrasi penuh membesarkan anak pertamanya tersebut yang mereka banggakan, sedangkn ketika orang tua mulai mempunyai anak kedua mungkin pengalaman orangtua setelah mengasuh anak pertama dapat dijadikan bekal untuk membesarkan anak kedua ini dengan lebih baik berbekal pengalaman orang tua yang sudah pernah mengasuh anak pertamanya. Memasuki anak ketiga, memang orangtua semakin mahir dalam urusan rawat-merawat anak, karena mereka sudah memiliki banyak pengalaman dari kedua anaknya yang sebelumnya, namun dilain sisi, umur kedua orang tua tidak lagi semuda dulu, tenaganya tidak lagi sekuat ketida mereka muda dulu, kesehatannya mulai menurun dimakan usia, dan mungkin saja hal tersebut mempengaruhi pola asuh juga terhadap anak-anak selanjutnya, dimana setiap waktu orang akan bertambah usia, satu generasi mungkin akan tumbuh menjadi dewasa, namun disisi lain orang tua akan menjadi tua renta. Bertambahnya waktu dan usia, bukan saatnya orangtua mengasuh anak-anaknya lagi, tetapi anak-anaknya lah yang timbal balik untuk merawat kedua orangtua. Dan bagaimana posisi si bontot ini jika orang tua sudah menua demikian? Dari mana kasih sayang dan perhatian yang di dapat oleh si bontot ini? Kembali lagi ke si anak sulung. Disinilah peran si anak sulung dan juga anak-anak lain yang sudah dewasa mendidik dan mengasuk adik-adiknya. Mungkin inilah salah satu harapan orangtua kepada si sulung, juga anak-anaknya yang sudah “dewasa”. Bukan hanya melanjutkan merawat sang adik, namun juga merawat orangtua mereka yang sudah menua. Namun kembali ke topik “kedewasaan seseorang”, seperti yang sudah admin tulis diatas, bahwa penentu kedewasaan anak bukan dilihat dari statusnya di dalam keluarga saja. Apakah anak yang lebih tua akan mengerti “harapan” orang tuanya? Apakah anak yang lebih tua mengerti “kewajibannya” terhadap adik, orangtua, dan keluarganya?
Orangtua Jawa juga biasanya akan hidup bersama dengan anak bontotnya. Bukankah seperti itu? Memang tidak semuanya, namun memang kebanyakan orangtua akan tinggal bersama dengan anak bontotnya. Anak bontot yang mungkin saja tidak merasakan perhatian dan kasih saying seutuhnya dari orangtua, tetap harus mempunyai kewajiban untuk merawat orangtuanya. Sebenarnya tugas ini bukan hanya berlaku untuk anak bontot saja, namun juga untuk semua anak. Semua anak harus berbakti kepada orangtua dan merawatnya sebagai wujud kasih sayang seorang anak kepada kedua orantua.
Jadi sekarang teman-teman sudah tau kan? Sedikit perasaan si anak bontot. Well…. jangan selalu bicara tentang bagaimana manjanya si bontot atau ketidakdewasaan si anak bontot hanya dengan melihat setatusnya sebagai anak, namun masih banyak faktor lain yang dijadikan ukuran kedewasaan seseorang.
Seyogyanya kita sebagai manusia, sudah menjadi kewajiban untuk saling menyayangi dan membantu, terlebih kepada saudara kita. Untuk orangtua, rawat dan didiklah anak-anakmu dengan kasih sayang, begitupun sebaliknya, walaupun orang tua merawat anaknya dengan tiada pamrih, tidak menginginkan balasan apapun dari anaknya, namun sudah menjadi kewajiban bagi setiap anak untuk merawat, menyayangi, dan mempedulikan orangtuanya. Dan untuk anak bontot, janganlah terlena dengan statusmu sebagai anak emas yang harus dilebihkan daripada saudaramu yang lainnya, karena terkadang keadaan tidak selamanya seperti yang kamu inginkan, belajarlah untuk dewasa dan mandiri seperti saudara-saudaramu yang lainnya. Sedangkan untuk si anak sulung, sayangilah orang tua dan adik –adik kalian.
<3J (: ^_^………………………………Love Family……………………….^_^ :) <3

Sumber: Pengalaman Pribadi