Anak Bontot
Temen-temen tau kan apa itu anak
bontot? Kalua kalaian orang Jawa pasti tau donk ya apa itu anak bontot? Selain anak
bontot, dalam masyarakat Jawa juga terapat beberpa istilah terkait urutan
kelahiran seorang anak, diantaranya: anak mbarep, anak sulung, anak tengah,
anak bontot, anak ragil, dan anak bungsu.
Lalu apa itu anak bontot? Kenapa admin
memberi judul tulisan ini “Anak Bontot”? (Sesukanya
admin donk mau nulis judul apaan, kan ini tulisan admin sendiri, :D hixixixi ).
Berhubung admin adalah anak terakhir di dalam keluarga, maka dari itu admin
beri judul tulisan ini “Anak Bontot”. Hehehe….
Teman-teman ada yang tau apa itu
anak bontot?? Yaa tepat sekali….. anak bontot adalah anak terakhir di dalam
keluarga. Dalam keluarga Jawa biasanya menyebutkan anak yang lahir pertama
dengan sebutan “anak mbarep” atau “si sulung”, sedangkan atribut “anak bontot”, “anak ragil” dan “anak bungsu”
biasa digunakan untuk menyebutkan anak terakhir atau anak yang paling muda di
dalam keluarga.
Anak adalah anugrah dan rezeki
yang diberikan Tuhan dan dititipkan kepada kedua orangtua, termasuk kita
sebagai anak. Jumlah anak yang dimiliki oleh sepasang suami isteri
berbeda-beda, ada orangtua yang hanya dikarunia satu anak saja (anak tunggal),
ada yang dikarunia dua anak, tiga anak, bahkan lebih.
Walaupun sama-sama mempunyai
status sebagai anak, secara tidak disadari di dalam masyarakat mempunyai pandangan
tersendiri terhadap anak. Mitos-mitos terhadap status anak dalam keluarga,
misalnya, si sulung biasanya merupakan anak yang mandiri dan sebagai pundak
orang tua. Si sulung, atau anak pertama biasanya merupakan pribadi yang mandiri
dan dewasa, karena anak sulung inilah yang dianggap menjadi tumpuan keluarga,
ditambah lagi jika si sulung ini berjenis kelamin laki-laki, maka orangtua
biasanya akan bangga dan menaruh banyak harapan kepadanya.
Berbeda dengan si bontot, anak
bontot biasanya dianggap sebagai “anak
emas”, biasanya anak bontot senantiasa dimanja dan mendapat perhatian dan
kasih sayang penuh dari orang tuanya karena dianggap bahwa si bontot ini
merupakan orang yang paling kecil di dalam keluarga.
Namun
apakah benar demikian????
Apakah
semua anak sulung ‘sadar’ akan beban di pundaknya dengan membawa harapan besar
oangtuanya dan si bontot selalu menjadi pusat perhatian keluarga dan menjadi
anak emas di dalam keluarga?? Saya rasa tidak semuanya seperti itu. Walaupun kebanyakan
orang akan menganggap bahwa anak bontot itu manja, tidak bisa mandiri, dan
selalu disayang, namun tidak selamanya demikian. Admin sendiri yang mempunyai
status anak bontot tidak merasakan demikian. Urutan kelahiran anak tidak bisa
menjamin dan tidak bisa dijadikan ukuran “kedewasaan” dari seorang anak. Anak bontot
yang biasanya dianggap anak manja belum tentu dia manja, bisa jadi justru dia
adalah anak yang paling dewasa didalam keluarganya. Ukuran kedewasaan seseorang
berbeda-beda tergantung dari cara pandang dan pola pikir dari tiap-tiap
individu. Wawasan, pengalaman, dan keadaan lingkungan sekitar juga merupakan
faktor yang banyak mempengaruhi kedewasaan seseorang.
Jangan menganggap bahwa semua
anak bontot adalah pribadi yang manja dan tidak dewasa. Kalian yang mempunyai
anggapan demikian apakah pernah berfikir bagaimana rasanya posisi sebagai anak
bontot ini jika saja kedua orangtua yang seharusnya memberikan kasih sayang penuh
dengan putri kecilnya itu, namun kenyataannya dikarenakan faktor usia, orangtua
semakin tua dan tidak lagi bisa memberikan kasih saying dan perhatiannya kepada
si putri kecilnya tersebut?
Biasanya orangtua mempunyai anak
pertama tidak jauh dari usia pernikahan mereka, sehingga orangtua akan
mempunyai anak pertama di usia yang masih relative muda, sehingga mereka bisa
berkonsentrasi penuh membesarkan anak pertamanya tersebut yang mereka banggakan,
sedangkn ketika orang tua mulai mempunyai anak kedua mungkin pengalaman
orangtua setelah mengasuh anak pertama dapat dijadikan bekal untuk membesarkan
anak kedua ini dengan lebih baik berbekal pengalaman orang tua yang sudah
pernah mengasuh anak pertamanya. Memasuki anak ketiga, memang orangtua semakin
mahir dalam urusan rawat-merawat anak, karena mereka sudah memiliki banyak
pengalaman dari kedua anaknya yang sebelumnya, namun dilain sisi, umur kedua
orang tua tidak lagi semuda dulu, tenaganya tidak lagi sekuat ketida mereka
muda dulu, kesehatannya mulai menurun dimakan usia, dan mungkin saja hal
tersebut mempengaruhi pola asuh juga terhadap anak-anak selanjutnya, dimana
setiap waktu orang akan bertambah usia, satu generasi mungkin akan tumbuh
menjadi dewasa, namun disisi lain orang tua akan menjadi tua renta. Bertambahnya
waktu dan usia, bukan saatnya orangtua mengasuh anak-anaknya lagi, tetapi
anak-anaknya lah yang timbal balik untuk merawat kedua orangtua. Dan bagaimana
posisi si bontot ini jika orang tua sudah menua demikian? Dari mana kasih sayang
dan perhatian yang di dapat oleh si bontot ini? Kembali lagi ke si anak sulung.
Disinilah peran si anak sulung dan juga anak-anak lain yang sudah dewasa
mendidik dan mengasuk adik-adiknya. Mungkin inilah salah satu harapan orangtua
kepada si sulung, juga anak-anaknya yang sudah “dewasa”. Bukan hanya
melanjutkan merawat sang adik, namun juga merawat orangtua mereka yang sudah
menua. Namun kembali ke topik “kedewasaan seseorang”, seperti yang sudah admin
tulis diatas, bahwa penentu kedewasaan anak bukan dilihat dari statusnya di
dalam keluarga saja. Apakah anak yang lebih tua akan mengerti “harapan” orang
tuanya? Apakah anak yang lebih tua mengerti “kewajibannya” terhadap adik,
orangtua, dan keluarganya?
Orangtua Jawa juga biasanya akan
hidup bersama dengan anak bontotnya. Bukankah seperti itu? Memang tidak semuanya,
namun memang kebanyakan orangtua akan tinggal bersama dengan anak bontotnya. Anak
bontot yang mungkin saja tidak merasakan perhatian dan kasih saying seutuhnya
dari orangtua, tetap harus mempunyai kewajiban untuk merawat orangtuanya. Sebenarnya
tugas ini bukan hanya berlaku untuk anak bontot saja, namun juga untuk semua
anak. Semua anak harus berbakti kepada orangtua dan merawatnya sebagai wujud
kasih sayang seorang anak kepada kedua orantua.
Jadi sekarang teman-teman sudah tau
kan? Sedikit perasaan si anak bontot. Well…. jangan selalu bicara tentang
bagaimana manjanya si bontot atau ketidakdewasaan si anak bontot hanya dengan
melihat setatusnya sebagai anak, namun masih banyak faktor lain yang dijadikan
ukuran kedewasaan seseorang.
Seyogyanya kita sebagai manusia,
sudah menjadi kewajiban untuk saling menyayangi dan membantu, terlebih kepada
saudara kita. Untuk orangtua, rawat dan didiklah anak-anakmu dengan kasih sayang,
begitupun sebaliknya, walaupun orang tua merawat anaknya dengan tiada pamrih, tidak
menginginkan balasan apapun dari anaknya, namun sudah menjadi kewajiban bagi
setiap anak untuk merawat, menyayangi, dan mempedulikan orangtuanya. Dan untuk
anak bontot, janganlah terlena dengan statusmu sebagai anak emas yang harus
dilebihkan daripada saudaramu yang lainnya, karena terkadang keadaan tidak
selamanya seperti yang kamu inginkan, belajarlah untuk dewasa dan mandiri
seperti saudara-saudaramu yang lainnya. Sedangkan untuk si anak sulung, sayangilah
orang tua dan adik –adik kalian.
<3J (: ^_^………………………………Love Family……………………….^_^ :) <3
Sumber: Pengalaman Pribadi